ID
|
HPSN 2022: Menjadi Berdaya Untuk Hentikan Krisis Iklim

HPSN 2022: Menjadi Berdaya Untuk Hentikan Krisis Iklim

Puncak Peringatan HPSN 2022
Puncak Peringatan HPSN 2022

Daftar Isi

HPSN 2022: Kelola Sampah, Kurangi Emisi, Bangun Proklim

Pada Senin 21 Februari lalu, kita telah memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN 2022). Pada tahun ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengangkat tema Kelola Sampah, Kurangi Emisi, Bangun Proklim”. Tema ini merepresentasikan fokus kerja penanganan masalah iklim dengan membangun sistem pengelolaan sampah berkelanjutan dan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).

Salah satu program unggulan yang ditawarkan pemerintah untuk atasi masalah iklim lewat pengelolaan sampah adalah Kampung Iklim yang telah dibangun di 3720 wilayah Indonesia. Untuk saat ini, sudah terdapat 4 pilot project Kampung Iklim di Kabupaten Gianyar. Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan B3 KLHK, Rosa Vivin Ratnawati memaparkan strategi yang diterapkan untuk atasi permasalahan, “Pada HPSN 2022 ini kita menggerakkan upaya-upaya kolaborasi program dengan memberikan kontribusi nyata di tengah masyarakat dalam ketahanan ekologi, ekonomi, dan sosial masyarakat.” Kolaborasi memang menjadi kunci utama untuk mengimbangi laju solusi pengelolaan sampah yang masih tertinggal jauh dari laju permasalahannya.

Krisis Iklim

Grafik Anomali dan Suhu Rata-rata Tahunan Indonesia (BMKG)
Grafik Anomali dan Suhu Rata-rata Tahunan Indonesia (BMKG)

Mencegah peningkatan suhu bumi yang dapat memperparah krisis iklim adalah misi utama dunia. Indonesia juga turut berkomitmen untuk tetap menjaga peningkatan suhu bumi di bawah 2°C sesuai kesepakatan Perjanjian Paris yang disetujui oleh pemimpin dunia.  Tentunya, faktor utama terjadinya krisis iklim adalah pemanasan global yang merupakan puncak dari seluruh masalah jejak karbon dan emisi yang ditimbulkan dari berbagai aktivitas manusia dalam skala industri maupun domestik.

Di Indonesia sendiri, 2016 tercatat sebagai tahun terpanas sejak pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika pada tahun 1981 yang mengalami peningkatan suhu sebesar 0.8°C sehingga rata-rata suhu mencapai 27.4°C. Sementara itu, di tahun 2021 kenaikan rata-rata suhu cenderung menurun di angka 27°C. Meskipun menurun, pada tahun 2021 angka anomali positif jauh lebih banyak terjadi di sebagian besar wilayah indonesia dibanding anomali negatif. Penurunan suhu ini tentunya harus dipertahankan karena semakin tinggi suhu bumi akan mendatangkan berbagai permasalahan iklim.

Akibat rata-rata suhu yang tinggi, dampak yang ditimbulkan dari krisis iklim pun kian memburuk. Tak lagi hanya memicu perubahan iklim, namun sudah berakibat bencana alam yang telah merenggut jutaan korban jiwa yang mencapai 2 juta jiwa di tahun 2019, kerugian materil, hingga ancaman kehidupan bumi di masa depan yang tak lagi ramah untuk manusia. Jika tak kunjung teratasi, akan tiba saatnya manusia mati di rumahnya sendiri.

Sampah dan Krisis Iklim

Foto Kondisi TPA (Hermes Rivera / Unsplash)
Foto Kondisi TPA (Hermes Rivera / Unsplash)

Permasalahan sampah erat kaitannya dengan krisis iklim. Lalu, bagaimana sampah memicu krisis iklim?

Seluruh hal terkait sampah mulai dari tindakan yang berpotensi menghasilkan sampah hingga proses penanganan sampah menghasilkan emisi gas rumah kaca. Pengelolaan sampah di Indonesia menghasilkan 3% gas emisi rumah kaca. Tindakan yang berpotensi menghasilkan sampah dari skala rumah tangga adalah konsumsi terhadap barang yang kebutuhan sehari-hari. Mayoritas berasal dari proses pengolahan makanan yang berpotensi menimbulkan sampah makanan. Juga pemenuhan kebutuhan sandang yang tidak tepat guna, hingga konsumsi perangkat elektronik dan internet. Untuk skala industri, berbagai aktivitas produksi berpotensi menghasilkan limbah B3.

Saat ini sampah di Indonesia diolah di TPA (tempat pemrosesan akhir), dibakar, dan masih banyak yang hanya membuang sampahnya begitu saja di lahan terbuka. Untuk sampah yang dibuang ke TPA maupun dibiarkan di lahan terbuka memicu krisis iklim akibat gas metana. Gas dihasilkan oleh penumpukan sampah yang menghasilkan gas rumah kaca. Dampaknya lebih buruk dari CO2. Sampah di Indonesia sendiri jumlahnya  mencapai 67.8 juta ton. Sedangkan 4 juta ton sampah berpotensi menghasilkan 11.390 ton gas metana  per tahun. Ini setara dengan 239.199 ton CO2 / tahun. Emisi ini tidak hanya dihasilkan oleh penumpukan sampah. Namun juga transportasi yang digunakan untuk mengangkut sampah yang menghasilkan emisi CO2 dari bahan bakar fosil.

Pembakaran sampah yang saat ini masih marak dilakukan masyarakat Indonesia juga menyumbang persentase besar produksi gas rumah kaca. Pembakaran sampah dapat menghasilkan gas rumah kaca yang berbahaya bagi manusia maupun lingkungan seperti CO2, CH4, N2O. Berdasarkan penelitian emisi gas rumah kaca dari pembakaran terbuka sampah rumah tangga di Kabupaten Pati yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pati, aktivitas pembakaran sampah rumah tangga menyumbang  33,86 GgCO2eq gas emisi rumah kaca per tahun. Hal ini terjadi karena hanya 11% masyarakat Pati yang menerima layanan sampah dan 65% warganya masih membakar sampah. Selain berbahaya untuk lingkungan, gas yang dihasilkan dari pembakaran sampah juga menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti Iritasi mata, infeksi saluran pernapasan,  kanker, penyakit jantung, keterbelakangan mental dan penyimpangan genetik.

Proklim Jadi Solusi Mengurangi Krisis Iklim

Foto Kampung Iklim (Nurito / Beritajakarta.id)
Foto Kampung Iklim (Nurito / Beritajakarta.id)

Untuk mengatasi masalah iklim yang ada di Indonesia, pemerintah menawarkan solusi pembentukan Kampung Iklim setingkat RT/RW di seluruh wilayah Indonesia. Kampung Iklim adalah program yang bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan untuk meningkatkan ketahanan iklim, menurunkan gas emisi rumah kaca dengan meningkatkan serapannya, dan memberikan pengakuan terhadap aksi yang mendukung proklim sekaligus memberikan dampak baik untuk kesejahteraan. Program ini diinisiasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sejak tahun 2011. KLHK menargetkan terdapat 5.730 Kampung Iklim di tahun 2024 dengan pertambahan sebanyak 2.000 Kampung Iklim di 2022.

Kampung Iklim memiliki 3 misi utama yaitu aksi adaptasi, aksi mitigasi, dan dukungan aspek kelembagaan proklim. Aksi adaptasi mengupayakan ketahanan pangan dan pengendalian bencana alam akibat perubahan iklim seperti banjir, longsor, dan kekeringan. Aksi mitigasi mengupayakan pengelolaan sampah dan limbah, menggunakan energi terbarukan, konservasi, penghematan energi, dan budidaya pertanian rendah emisi GRK. Dukungan kelembagaan diberikan dengan membentuk lembaga masyarakat lokal, membuat kebijakan, pemberdayaan masyarakat, pengelolaan kegiatan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Untuk turut membantu pemerintah mencapai target pengurangan emisi, tentunya sebagai masyarakat umum kita bisa mengganti gaya hidup kita supaya lebih ramah lingkungan dan minim sampah. Untuk kalangan industri, bertanggung jawab akan pengelolaan limbah hasil industri harus benar-benar diterapkan. Limbah yang dibuang harus memenuhi standar keamanan lingkungan. Bersama-sama kita terapkan produksi dan konsumsi berkelanjutan untuk kurangi potensi sampah yang kita hasilkan.

Artikel ini merupakan penutup dari Artikel Series HPSN 2022. 

Jadikan tiap hari kita adalah jadi peduli sampah!

Referensi
  • Arumningtyas, L. (2022, February 23). Kampung Iklim jadi Model Kelola Sampah Masyarakat, Seperti Apa? Mongabay. Retrieved February 25, 2022, from https://www.mongabay.co.id/2022/02/23/kampung-iklim-jadi-model-kelola-sampah-masyarakat-seperti-apa/
  • Ekstrem Perubahan Iklim. (n.d.). BMKG. Retrieved February 25, 2022, from https://www.bmkg.go.id/iklim/?p=ekstrem-perubahan-iklim
  • Knowledge Centre Perubahan Iklim – Gerakan Nasional Program Kampung Iklim (Proklim). (n.d.). Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. Retrieved February 25, 2022, from http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/infografis/332-gerakan-nasional-program-kampung-iklim-proklim
  • Sampah dan Hubungannya Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca – Envihsa FKM UI 2021. (2020, February 28). Envihsa FKM UI 2021. Retrieved February 25, 2022, from https://envihsa.fkm.ui.ac.id/2020/02/28/ehi-feb-march/
  • Saraswati, A. W. (2022, Januari 24). Cuaca Ekstrem Indonesia Hasil Campur Tangan Ulah Manusia. Greeneration Foundation. Retrieved Februari 25, 2022, from https://greeneration.org/media/green-info/cuaca-ekstrem-indonesia-hasil-campur-tangan-ulah-manusia/
  • Saraswati, A. W. (2022, Februari 18). 5 Rekomendasi Restoran dan Kafe Ramah Lingkungan. Greeneration Foundation. Retrieved Februari 23, 2022, from https://greeneration.org/media/green-info/5-rekomendasi-restoran-dan-kafe-ramah-lingkungan/
  • Saraswati, A. W. (2022, Februari 21). 4 Trend Gaya Hidup Ramah Lingkungan Anti Mainstream. Greeneration Foundation. Retrieved Februari 23, 2022, from https://greeneration.org/media/green-info/4-trend-gaya-hidup-ramah-lingkungan-anti-mainstream/
Bagikan Artikel Ini
Postingan Terkait
Foto Paris Fashion Week 2022 (Journaldesfemmes.fr)
Paris Fashion Week: Intip Inovasi Fesyen Berkelanjutan
afp romeo gacad greeneration foundation 768x511 1
Degradasi Tanah, Bahaya yang mengintai dari Industri Tambang
Ilustrasi Masker Bekas Pakai. (Sumber: Limpido/iStockPhoto)
Cara Mengelola Sampah Masker Bekas Pakai
Ingin Terus Mendapatkan Informasi Terbaru Kami? Berlangganan Sekarang
Dengan berlangganan kamu telah menyetujui Kebijakan Privasi yang berlaku.
img 9429 cleanup

Mau up-date tentang kondisi lingkungan terkini?
Berlangganan sekarang!

Masukkan e-mailmu dan kami akan kirimkan berbagai informasi lingkungan menarik dan berbobot hanya untuk kamu, Generasi Hijau!

Dengan berlangganan kamu telah menyetujui Kebijakan Privasi yang berlaku.